TUGAS 1 DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI
FREKUENSI
Pengertian Frekuensi adalah jumlah getaran yang
dihasilkan dalam setiap 1 detik. Sedangkan dalam ilmu elektronika, Frekuensi
dapat diartikan sebagai jumlah gelombang listrik yang dihasilkan tiap detik.
Frekuensi biasanya dilambangkan dengan huruf “f” dengan satuannya adalah Hertz atau disingkat dengan Hz. Jadi pada dasarnya
1 Hertz adalah sama dengan satu getaran atau satu gelombang listrik dalam satu
detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik). Istilah Hertz ini diambil dari nama
seorang fisikawan Jerman yaitu Heinrich Rudolf Hertz yang
memiliki kontribusi dalam bidang elektromagnetisme.
Kelipatan Satuan Hertz
(Standar Internasional)
Kelipatan satuan atau sering juga disebut dengan
Prefix untuk Hertz adalah menggunakan sistem metrik yaitu kelipatan ribuan
keatas yang berupa Kilo, Mega, Giga, Tera dan seterusnya. Sedangkan untuk
kelipatan ribuan kebawah adalah desi, senti, mili, nano dan seterusnya. Untuk
selengkapnya, silakan lihat tabel kelipatan satuan Hertz dibawah ini.
Prefix |
Simbol |
Desimal |
10n |
gerahertz |
THz |
1.000.000.000.000 |
1012 |
gigahertz |
GHz |
1.000.000.000 |
109 |
megahertz |
MHz |
1.000.000 |
106 |
kilohertz |
kHz |
1.000 |
103 |
hertz |
Hz |
1 |
100 |
desihertz |
dHz |
1/10 |
10-1 |
centihertz |
cHz |
1/100 |
10-2 |
milihertz |
MHz |
1/1.000 |
10-3 |
microhertz |
µHz |
1/1.000.000 |
10-6 |
nanohertz |
nHz |
1/1.000.000.000 |
10-9 |
picohertz |
pHz |
1.000.000.000.000 |
10-12 |
Alat Pengukur Frekuensi – Frequency
Counter
Frekuensi yang lebih tinggi biasanya diukur dengan alat pengukur
frekuensi yang dinamakan dengan Frequency
Counter atau Pencacah Frekuensi. Frequency Counter ini
merupakan alat yang mengukur frekuensi sinyal elektronik yang berulang-ulang
dan menampilkan hasilnya pada layar digital. Alat ini menggunakan logika
digital untuk menghitung jumlah siklus (number
of cycles) selama interval waktu yang ditetapkan. Berikut ini
adalah salah satu bentuk fisik Freqency
Counter.
Cara Menghitung Frekuensi
Seperti yang disebut sebelumnya, Frekuensi adalah jumlah gelombang
atau getaran yang dihasilkan pada setiap detik. Detik merupakan satuan untuk
waktu atau Periode yang biasanya dilambangkan dengan huruf “T”. Jadi pada
dasarnya, kita harus mengetahui “Periode” atau “waktu” dalam satuan detik (second) untuk dapat
menghitung frekuensi. Periode dapat didefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan satu siklus pengulangan gelombang atau getaran
yang lengkap. Berikut ini adalah persamaan atau rumus untuk menghitung
Frekuensi.
Rumus Menghitung Frekuensi
f = 1/T
Dimana :
f = Frekuensi dalam satuan Hertz (Hz)
T = Periode dalam satuan detik (sec)
Contoh Kasus Perhitungan Frekuensi
Contoh 1 : Menghitung Frekuensi
Diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 siklus
lengkap gelombang listrik adalah 0,004 detik, berapakah Frekuensinya ?
Diketahui :
T = 0,004 detik
f = ?
Jawaban :
f = 1/T
f = 1/0,004
f = 250Hz
Jadi Frekuensinya adalah 250Hz.
Contoh 2 : Menghitung Periode (T)
Diketahui bahwa frekuensi listrik bolak-balik (AC) dari PLN
Indonesia adalah 50Hz. Pertanyaannya adalah diperlukan waktu berapa lamakah
untuk menghasilkan 1 siklus lengkap gelombang listrik ?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
f = 50Hz
T = ?
Jawaban
T = 1/f
T = 1/50
T= 0,02 detik
Jadi diperlukan 0,02 detik untuk menghasilkan 1 siklus lengkap
gelombang listirk.
Nama Band (Jalur) |
Singkatan |
Frekuensi |
Panjang Gelombang |
Penggunaan |
Tremendously low frequency |
TLF |
< 3Hz |
>100.000 km |
Natural Electromagnetic Noise |
Extremely Low Frequency |
ELF |
3 – 30 Hz |
10.000 – 100.000 km |
Submarines |
Super Low Frequency |
SLF |
30 – 300 Hz |
1.000 – 10.000 km |
Submarines |
Ultra Low Frequency |
ULF |
300 – 3.000 Hz |
100 – 1.000 km |
Submarines, mines |
Very Low Frequency |
VLF |
3 – 30 kHz |
10 – 100 km |
Navigation, time signal, Submarines, heart rate
monitor |
Low Frequency |
LF |
30–300 kHz |
1 – 10 km |
Navigation, time signal, Radio AM (long wave), RFID |
Medium frequency |
MF |
300 – 3.000 kHz |
100 – 1.000 m |
Radio AM (medium wave) |
High Frequency |
HF |
3 – 30 MHz |
10 – 100 m |
Short wave Broadcast, RFID, radar, Marine and Mobile
radio telephony |
Very High Frequency |
VHF |
30 – 300 MHz |
1 – 10 m |
Radio FM, Television, Mobile Communication, Weather
Radio |
Ultra High Frequency |
UHF |
300 – 3.000 MHz |
10 – 100 cm |
Television, Microwave device / communications,
mobile phones, wireless LAN, Bluetooth, GPS, FRS/GMRS |
Super High Frequency |
SHF |
3 – 30 GHz |
1 – 10 cm |
Microwave device / communications, wireless LAN,
radars, Satellites, DBS |
Extremely High Frequency |
EHF |
30 – 300 GHz |
1 – 10 mm |
High Frequency Microwave, Radio relay, Microwave
remote sensing |
Tremendously High Frequency |
THF |
300 – 3.000 GHz |
0.1 – 1 mm |
Terahertz Imagin, Molecular dynamics, spectroscopy,
computing/communications, sub-mm remote sensing. |
Macam-macam Frekuensi
Frekuensi Carier
Gelombang pembawa (bahasa Inggris: carrier wave) adalah berbentuk
gelombang sinusoid yang dimodulasi untuk mengirim informasi jarak jauh yang disalurkan
ke udara. Gelombang pembawa ini (gelombang radio) merupakan frekuensi yang jauh lebih tinggi
daripada sinyal modulator yang merupakan informasi modulasi yang dikirim.
Modulasi
Modulasi
didefinisikan sebagai proses mengubah beberapa karakteristik tertentu dari
sebuah sinyal pembawa (carrier), sesuai dengan karakteristik sinyal pemodulasi.
Disini sinyal pemodulasi adalah sinyal pesan yang akan dibawa, sedangkan hasil
dari modulasi (yaitu sinyal pembawa yang telah berubah karakteristiknya)
disebut sebagai sinyal termodulasi (Hsu, 2004:34).
Terdapat
tiga parameter kunci Elektronika dasar (2013) pada suatu gelombang sinusoidal
yaitu amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat
dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk
membentuk sinyal yang termodulasi. Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi
disebut modulator, sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi awal
(kebalikan dari proses modulasi) disebut demodulator. Informasi yang dikirim
bisa berupa data analog maupun digital, sehingga terdapat dua jenis modulasi
yaitu :
Modulasi
Amplitudo
Modulasi
Analog Modulasi Frekuensi
Modulasi
Modulasi Fasa
Amplitude
Shift Keying
Modulasi
Digital Frequency Shift Keying
Phase
Shift Keying 6
2.1.1 Modulasi Analog
Sinyal
analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu, yang membawa
informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya. Sinyal analog bekerja
dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu
(continous varying). Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh
isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya
dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar
untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari
perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka
jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noise (Furwadi, 2013).
2.1.1.1 Jenis-jenis Modulasi Analog
Adapun
jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a. Modulasi Amplitudo
Pada
jenis modulasi ini amplituda sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional
terhadap amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap
selama proses modulasi (Chattopadhyay dkk, 1989: 286).
Gelombang
pembawa yang belum dimodulasikan mempunyai harga amplitudo maksimum yang tetap
dan frekuensi yang lebih tinggi daripada sinyal pemodulasi, tetapi bila sinyal
pemodulasi telah diselipkan, maka harga amplitudo maksimum dari gelombang
pembawa akan berubah-ubah sesuai dengan harga-harga sesaat dari sinyal
pemodulasi tersebut dan bentuk gelombang luar atau sampel dari harga-harga
amplitudo gelombang yang telah dimodulasi tersebut sama dengan gelombang sinyal
informasi yang asli atau dengan perkataan lain gelombang sinyal pemodulasi
telah diselipkan pada gelombang pembawa (Smale, 1995:19). 7
Gambar
2.1 Gelombang Keluaran Modulasi AM
(
Sumber : Elektronika-dasar.web.id)
b. Modulasi Frekuensi
Modulasi
Frekuensi adalah suatu proses modulasi dengan cara mengubah-ubah frekuensi
gelombang pembawa sinusoidal yaitu dengan cara menyelipkan sinyal-sinyal
informasi pada gelombang pembawa tersebut. Jika sinyal pembawa diselipkan maka
frekuensi gelombang pembawa akan naik menuju harga maksimum dalam arah positif.
Kemudian frekuensi gelombang pembawa akan turun kembali menuju harga frekuensi
aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju nol.
Selanjutnya
pada setengah siklus berikutnya, frekuensi gelombang pembawa akan turun ke
harga minimum, sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju
harga maksimum dalam arah negatif, kemudian frekuensi gelombang akan naik
kembali menuju harga aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi
yang turun kembali ke harga nol (Smale, 1995:19). 8
Gambar
2.2 Modulasi Frekuensi
(Sumber
: Elektronika-dasar.web.id)
c. Modulasi Phasa
Dalam
modulasi phasa, sudut phasa sesaat dari pembawa diubah oleh sinyal pemodulasi.
Simpangan sesaat sudut phasa dari harga tanpa modulasi berbanding lurus dengan
harga sesaat sinyal modulasi tetapi tidak tergantung pada frekuensinya. Dalam
gelombang FM maupun PM, komponen modulasi menggambarkan simpangan sudut phasa
yang ditumpangkan pada suhu yang naik lurus dari pembawa tanpa modulasi. Untuk
modulasi phasa, perubahan phasa maksimum yang disebabkan oleh sinyal pemodulasi
dinamakan indeks modulasi. Simpangan frekuensi maksimum dalam gelombang
termodulasi phasa berbanding langsung dengan amplitudo dan frekuensi sinyal
pemodulasi (Smale, 1995:19).
Gambar
2.3 Modulasi Phasa
(Sumber
: Elektronika-dasar.web.id) 9
2.1.2 Modulasi Digital
Modulasi
digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream) ke dalam
sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik
dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya
(modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang
dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa
mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses
modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke
penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi
fisik (logam atau optik) atau non fisik (Furwadi, 2013).
2.1.2.1 Jenis-jenis Modulasi Digital
Adapun
jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a. Amplitude Shift Keying
Dalam
ASK, dua nilai biner dilambangkan dengan dua amplituda berbeda pada frekuensi
pembawa. Umumnya, salah satu amplitudo adalah nol yaitu satu angka biner
dilambangkan oleh adanya suatu amplitudo konstan pembawa dan satunya lagi tidak
adanya pembawa. Sinyal terpancar yang dihasilkan oleh satu waktu bit adalah
ASK
s(t) ={𝐴cos(2𝜋𝑓c𝑡)
0 ..........................................(1)
Dimana
Acos(2fct) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan 0 merupakan
biner 0. ASK rentan terhadap perubahan penguatan mendadak dan kurang efisien
sebagai teknik modulasi. Pada jalur mutu suara tek nik ini biasanya hanya
digunakan sampai 1200 bps. Teknik ASK digunakan untuk memancarkan data digital
melalui serat optik (Stallings, 2015: 139). 10
Gambar
2.4 Amplitude Shift Keying
(Sumber:
www.tmatlantic.com)
b. Frequency Shift Keying
Bentuk
paling umum FSK adalah binary FSK (BPSK), yaitu dua nilai biner dilambangkan
oleh dua frekuensi berbeda di dekat frekuensi pembawa. Sinyal terpancar yang
dihasilkan oleh satu waktu bit adalah :
BFSK
s(t) {𝐴cos(2𝜋𝑓₁𝑡) 𝐴
cos (2𝜋𝑓₂𝑡) ..........................................(2)
Dimana
Acos(2f1t) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan Acos(2f1t)
merupakan biner 0. BFSK kurang rentan terhadap galat daripada ASK. Pada jalur
mutu-suara, BFSK biasanya digunakan sampai 1200 bps. BFSK juga biasa digunakan
untuk transmisi radio frekuensi tinggi ( 3 sampai 30 MHz). BFSK juga dapat
digunakan pada frekuensi lebih tinggi daripada LAN yang menggunakan kabel
koaksial (Stallings, 2015:139). 11
Gambar
2.5 Frequency Shift Keying
(Sumber:
www.tmatlantic.com)
c. Phase Shift Keying
Dalam
PSK, phase sinyal pembawa digeser untuk melambangkan data. Phase shitf
keying dua tingkat skema paling sederhana menggunakan dua fase untuk
melambangkan kedua angka biner dan dikenal dengan binary phase shift keying.
Bentuk alternatif PSK dua tingkat adalah differential PSK (DPSK). Dalam skema
ini, biner 0 dilambangkan dengan mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase sama
dengan lonjakan sinyal yang dikirim sebelumnya. Biner 1 dilambangkan dengan
mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase kebalikan dari yang dikirimkan
sebelumnya. Istilah differential merujuk kepada fakta bahwa pergeseran fase
dirujuk kepada bit yang dikirimkan sebelumnnya, bukannya terhadap suatu sinyal
rujukan konstan. DPSK menghindari perlu adanya fase osilator lokal pada
penerima yang tepat sama dengan pengirim. Selama fase pendahulu diterima dengan
benar, rujukan fase pasti tepat (Stallings, 2015:141). 12
Gambar
2.6 Phase Shift Keying
(Sumber:
www.tmatlantic.com)
Modulasi
Modulasi
didefinisikan sebagai proses mengubah beberapa karakteristik tertentu dari
sebuah sinyal pembawa (carrier), sesuai dengan karakteristik sinyal pemodulasi.
Disini sinyal pemodulasi adalah sinyal pesan yang akan dibawa, sedangkan hasil
dari modulasi (yaitu sinyal pembawa yang telah berubah karakteristiknya)
disebut sebagai sinyal termodulasi (Hsu, 2004:34).
Terdapat tiga
parameter kunci Elektronika dasar (2013) pada suatu gelombang sinusoidal yaitu
amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat dimodifikasi
sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal
yang termodulasi. Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut
modulator, sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi awal (kebalikan dari
proses modulasi) disebut demodulator. Informasi yang dikirim bisa berupa data
analog maupun digital, sehingga terdapat dua jenis modulasi yaitu :
Modulasi
Amplitudo
Modulasi Analog
Modulasi Frekuensi
Modulasi
Modulasi Fasa
Amplitude Shift
Keying
Modulasi Digital
Frequency Shift Keying
Phase Shift
Keying 6
2.1.1
Modulasi Analog
Sinyal
analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu, yang membawa
informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya. Sinyal analog bekerja
dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu
(continous varying). Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh
isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya
dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar
untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari
perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka
jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noise (Furwadi, 2013).
2.1.1.1
Jenis-jenis Modulasi Analog
Adapun
jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a.
Modulasi Amplitudo
Pada
jenis modulasi ini amplituda sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional
terhadap amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap
selama proses modulasi (Chattopadhyay dkk, 1989: 286).
Gelombang
pembawa yang belum dimodulasikan mempunyai harga amplitudo maksimum yang tetap
dan frekuensi yang lebih tinggi daripada sinyal pemodulasi, tetapi bila sinyal
pemodulasi telah diselipkan, maka harga amplitudo maksimum dari gelombang
pembawa akan berubah-ubah sesuai dengan harga-harga sesaat dari sinyal
pemodulasi tersebut dan bentuk gelombang luar atau sampel dari harga-harga
amplitudo gelombang yang telah dimodulasi tersebut sama dengan gelombang sinyal
informasi yang asli atau dengan perkataan lain gelombang sinyal pemodulasi
telah diselipkan pada gelombang pembawa (Smale, 1995:19). 7
Gambar 2.1 Gelombang Keluaran Modulasi
AM
(
Sumber : Elektronika-dasar.web.id)
b.
Modulasi Frekuensi
Modulasi
Frekuensi adalah suatu proses modulasi dengan cara mengubah-ubah frekuensi
gelombang pembawa sinusoidal yaitu dengan cara menyelipkan sinyal-sinyal
informasi pada gelombang pembawa tersebut. Jika sinyal pembawa diselipkan maka
frekuensi gelombang pembawa akan naik menuju harga maksimum dalam arah positif.
Kemudian frekuensi gelombang pembawa akan turun kembali menuju harga frekuensi
aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju nol.
Selanjutnya
pada setengah siklus berikutnya, frekuensi gelombang pembawa akan turun ke
harga minimum, sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi yang menuju
harga maksimum dalam arah negatif, kemudian frekuensi gelombang akan naik
kembali menuju harga aslinya sesuai dengan harga amplitudo sinyal pemodulasi
yang turun kembali ke harga nol (Smale, 1995:19). 8
Gambar 2.2 Modulasi Frekuensi
(Sumber
: Elektronika-dasar.web.id)
c.
Modulasi Phasa
Dalam
modulasi phasa, sudut phasa sesaat dari pembawa diubah oleh sinyal pemodulasi.
Simpangan sesaat sudut phasa dari harga tanpa modulasi berbanding lurus dengan
harga sesaat sinyal modulasi tetapi tidak tergantung pada frekuensinya. Dalam
gelombang FM maupun PM, komponen modulasi menggambarkan simpangan sudut phasa
yang ditumpangkan pada suhu yang naik lurus dari pembawa tanpa modulasi. Untuk
modulasi phasa, perubahan phasa maksimum yang disebabkan oleh sinyal pemodulasi
dinamakan indeks modulasi. Simpangan frekuensi maksimum dalam gelombang
termodulasi phasa berbanding langsung dengan amplitudo dan frekuensi sinyal
pemodulasi (Smale, 1995:19).
Gambar
2.3 Modulasi Phasa
(Sumber
: Elektronika-dasar.web.id) 9
2.1.2 Modulasi Digital
Modulasi
digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream) ke dalam
sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah
karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga
bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1)
yang dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa
mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses
modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke
penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi
fisik (logam atau optik) atau non fisik (Furwadi, 2013).
2.1.2.1
Jenis-jenis Modulasi Digital
Adapun
jenis-jenis modulasi analog antara lain sebagai berikut :
a.
Amplitude Shift Keying
Dalam
ASK, dua nilai biner dilambangkan dengan dua amplituda berbeda pada frekuensi
pembawa. Umumnya, salah satu amplitudo adalah nol yaitu satu angka biner
dilambangkan oleh adanya suatu amplitudo konstan pembawa dan satunya lagi tidak
adanya pembawa. Sinyal terpancar yang dihasilkan oleh satu waktu bit adalah
ASK
s(t) ={𝐴cos(2𝜋𝑓c𝑡) 0 ..........................................(1)
Dimana
Acos(2fct) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan 0 merupakan
biner 0. ASK rentan terhadap perubahan penguatan mendadak dan kurang efisien
sebagai teknik modulasi. Pada jalur mutu suara tek nik ini biasanya hanya
digunakan sampai 1200 bps. Teknik ASK digunakan untuk memancarkan data digital
melalui serat optik (Stallings, 2015: 139). 10
Gambar 2.4 Amplitude Shift Keying
(Sumber:
www.tmatlantic.com)
b.
Frequency Shift Keying
Bentuk
paling umum FSK adalah binary FSK (BPSK), yaitu dua nilai biner dilambangkan
oleh dua frekuensi berbeda di dekat frekuensi pembawa. Sinyal terpancar yang
dihasilkan oleh satu waktu bit adalah :
BFSK
s(t) {𝐴cos(2𝜋𝑓₁𝑡) 𝐴 cos (2𝜋𝑓₂𝑡) ..........................................(2)
Dimana
Acos(2f1t) merupakan biner 1 yang merupakan sinyal pembawa dan Acos(2f1t) merupakan
biner 0. BFSK kurang rentan terhadap galat daripada ASK. Pada jalur mutu-suara,
BFSK biasanya digunakan sampai 1200 bps. BFSK juga biasa digunakan untuk
transmisi radio frekuensi tinggi ( 3 sampai 30 MHz). BFSK juga dapat digunakan
pada frekuensi lebih tinggi daripada LAN yang menggunakan kabel koaksial
(Stallings, 2015:139). 11
Gambar 2.5 Frequency Shift Keying
(Sumber:
www.tmatlantic.com)
c.
Phase Shift Keying
Dalam
PSK, phase sinyal pembawa digeser untuk melambangkan data. Phase shitf
keying dua tingkat skema paling sederhana menggunakan dua fase untuk
melambangkan kedua angka biner dan dikenal dengan binary phase shift keying.
Bentuk alternatif PSK dua tingkat adalah differential PSK (DPSK). Dalam skema
ini, biner 0 dilambangkan dengan mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase sama
dengan lonjakan sinyal yang dikirim sebelumnya. Biner 1 dilambangkan dengan
mengirimkan lonjakan sinyal yang berfase kebalikan dari yang dikirimkan
sebelumnya. Istilah differential merujuk kepada fakta bahwa pergeseran fase
dirujuk kepada bit yang dikirimkan sebelumnnya, bukannya terhadap suatu sinyal
rujukan konstan. DPSK menghindari perlu adanya fase osilator lokal pada
penerima yang tepat sama dengan pengirim. Selama fase pendahulu diterima dengan
benar, rujukan fase pasti tepat (Stallings, 2015:141). 12
Gambar 2.6 Phase Shift Keying
(Sumber:
www.tmatlantic.com)